Didalam Islam itu, nikah itu dasarnya bukan cinta. Tapi, tujuan yang sama. Karena, kalau misalkan cintanya didasarkan kepada sesuatu yang tidak abadi, tampannya, atau hartanya yang semuanya titipan, maka ketika itu semua hilang, apakah pernikahannya juga harus berakhir?
kan enggak.
Sedangkan, cinta itu sekedar bonus yang menarik. Waktu SMP kita sekelompok terus sama dia juga bisa naksir kan. Apalagi sekarang udah tinggal seranjang terus, gitu kan?
Ibarat, karena nikah tuh, akhirnya ketika dalam Islam kayak naik angkot, 1 dari Jakarta 1 dari Bogor, sama-sama mau ke Bandung, yang penting tujuannya sama. Ketika tujuannya sama apa gak mungkin ada masalah? Ada. Ban kempes, bensin habis. Tapi ketika ada masalah, paling yang didalem ngobrol, kita masih sama-sama mau ke Bandung kan? Iya. Kalau gitu ngapain kita pisah angkot ya?
Sama. Kita niatnya pengen apa nih? Pengen ke Allah, untuk dakwah, ridho Allah. Ada masalah? Pasti. Tapi ketika ada masalah, tujuan itu yang kembali mempersatukan. Kita selama ini mau ngapain? Mau sama-sama ke Allah kan? Mau sama-sama ke Surga? Yaudah, ngapain kita pisah disini ya.
